WE GOT MARRIED : PART 4

ANNYEONG HASEYO... MATES SEMUA.....
kali ini giliran saya yg lanjutin nih ff yg part 4 nya... bagi yg udah nungguin... langsung dibaca dibaca...



Dengarkanlah nyanyian hatiku yang terus menyenandungkan namamu
Perhatikanlah mataku yang terus membiaskan bayangmu
Rabalah kedalaman hatiku dan di sana,
akan kau temukan cinta putih yang kupersembahkan hanya untukmu.


Ting nong ….. *ceritanya suara bel rumah
So eun yang tengah sibuk berbenah mendengar suara bel berbunyi, ia pun menghampiri ke pintu mencoba melihat siapa yang datang. “siapa yang datang pagi – pagi begini yah?” batinnya.


“Annyeong ……………” teriak seorang perempuan di hadapannya dengan gaya khas meloncat – loncat dan memainkan tongkat yang ia pegang. Ya, siapa lagi kalau bukan peri soeul.
“hah???? Kau??? Peri …….” ujar so eun yang masih berpikir berusaha mengingat – ingat nama orang yang di hadapannya.
“aku peri soeul, kim so eun.” ujar peri soeul
“ah iya, mian aku lupa, terlalu banyak hal yang terjadi di hidupku sehingga membuatku banyak melupakan hal – hal kecil.” ujar so eun sembari menggaruk – garuk kepalanya yang tidak gatal.
“siapa yang datang?” Tanya kim bum yang tiba – tiba berada di belakang so eun.
So eun pun menoleh ke arah kim bum, kemudian ia menunjuk peri soeul, “itu dia ….” ujar so eun
“kau??? Ada apa kemari?” Tanya kim bum
“aku kemari akan memberikan games kedua untuk kalian.” ucap peri soeul
“apa?” gumam so eun dan kim bum berbarengan.
“taraaaaaaaaaaaaaaaa ……………” peri soeul memperlihatkan seorang anak balita berumur sekitar 2 tahun ke hadapan so eun dan kim bum. “kalian harus mengurusnya. pokoknya segala keperluannya selama satu hari ini. Kalian mengerti?” tukas peri soeul kemudian.

So eun dan kim bum shock mendengar games kedua yang harus mereka lakukan ini. Tatapan mereka nanar, serasa ada petir menyambar ke rumah mereka. “ta….tapi……” kim bum menggantungkan kalimatnya saking speechlessnya.
“eits….kalian tidak bisa menolaknya, ini sudah menjadi peraturan. Anggap saja anak ini anak kalian sendiri. Oh iya nama anak ini adalah yoo geun. Kami akan menjemput anak ini lagi sekitar pukul 9 malam.” tukas peri soeul sembari menaruh yoo geun kepangkuan so eun dan memberikan tas bayinya pada kim bum.


“bye ….. semoga berhasil….aja aja fighting!!!” ujar peri soeul yang kemudian berlalu pergi.

So eun dan kim bum masih dalam keadaan shock, ia kemudian saling berhadapan dan “kyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa …………….” teriak mereka berbarengan, yoo geun yang melihat hal itu kemudian menangis kencang.
“cup cup cup …….” ujar so eun berusaha menghibur sembari menimang – nimang yoo geun.
“ah kenapa ini, kenapa gamesnya harus yang seperti ini?” rutuk kim bum, ia pun berjalan gontai menuju sofa.
“cup cup cup …. Tenang yah sayang kau jangan menangis, ayo senyum….” ujar so eun yang masih berusaha menenangkan tangisan yoo geun.


“hei ….coba lihat isi tas bayi itu ada apa saja? Mungkin ada sesuatu yang bisa membuat dia diam.” ujar so eun
Kim bum pun membuka tas bayi tersebut dan mengobrak – abrik isi tas tersebut. Popok, baju, celana, bubur bayi, mainan, susu, bedak bayi, alat mandi bayi, minyak wangi bayi dan dot. “mungkin dia lapar, aku akan membuatkannya bubur bayi.” ujar kim bum yang kemudian bergegas menuju dapur untuk membuat bubur bayi. Sedangkan so eun duduk dan menaruh yoo geun di karpet, ia berusaha menenangkan tangisan yoo geun dengan mengajaknya memainkan mainannya.
“so eun, ini buburnya.” ujar kim bum dengan lari – lari kecil
“mana aku lihat,” gumam so eun, ia pun mencolek sedikit buburnya untuk merasakan apakah cukup suhunya. “bum, ini terlalu panas dan encer. Coba kau buat lagi,” tukas so eun
Kim bum mengangguk mengerti. Ia pun kembali ke dapur untuk mengganti bubur yang tadi gagal.

Beberapa saat kemudian kim bum kembali dengan bubur dan susu yang baru. Ia menyerahkannya pada so eun untuk diuji kelayakannya dulu, setelah so eun mantap menyetujui bahwa bubur dan susunya dapat diberikan pada yoo geun, so eun pun mulai menyuapi yoo geun.
“a………. sayang, ayo makan.” gumam so eun sembari menyodorkan bubur ke mulut yoo geun. Dan yoo geun pun membuka mulutnya dan memakan bubur tersebut. So eun tersenyum melihatnya. Begitu pula dengan kim bum yang sedari tadi memperhatikannya.


“hei kenapa kau? Ayo bantu aku agar dia mau makan. Jangan diam terus.” rutuk so eun
“siapa yang diam, tadi kan aku sudah membuatkan makanan untuknya.” balas kim bum
“de …….bangga sekali kau.” ujar so eun
“tentu saja.” jawab kim bum singkat.
“mana susunya.” ujar so eun
“ini.” kimbum menyodorkan botol susu pada so eun. So eun pun meraihnya dan menyodorkannya pada yoo geun. Namun ternyata yoo geun menolak. Ia tidak mau meminum susunya.
Yoo geun merangkak menuju so eun ia pun menepuk – nepuk dada so eun. Sontak so eun terkejut dengan kelakuan yoo geun, begitu pula dengan kim bum.
“mungkin dia ingin minum susu murni.” ujar kim bum


“susu murni?” Tanya so eun yang bingung dengan saran kim bum.
“iya, ini.” ujar kim bum sembari memegang dadanya sendiri dengan wajah memerah.
“ma…..maksudmu?” Tanya so eun lagi
“itu….aisshh apa kau tidak mengerti.” ujar kim bum. Ia kemudian menunjuk dada so eun. Sontak so eun kaget dan malu.
“ah tidak!!!” teriak so eun reflex dia mendekap dadanya.


“ya, tapi anak itu ingin asi bukan botol susu.” ujar kim bum
“apa kau gila? Mana mungkin aku bisa memberi asi. Aku kan bukan ibu kandungnya.” tukas so eun
‘ya tapi bagaimana lagi.” timpal kim bum
Mereka berdua bingung, mencari cara agar yoo geun mau minum botol susu tersebut. Akhirnya setelah main kuda – kudaan sampai main kuda lumping segala yoo geun mau meminum susu botol tersebut.


***************
Di tempat lain….
“lihat artikel di blog Triple S.” Teriak dita pada 2 temannya bella dan icha annisa.
“ada apa?” Tanya bella yang penasaran dengan yang dikatakan dita, diikuti dengan icha.
“kim bum dan kim so eun dekat di luar shooting WGM.” ujar dita
“wah,,,iya.” gumam icha
“wah hebat yah triple S bisa bikin berita kayak begini. Coba baca deh paragraf pertama. Mereka mengintai langsung ke lokasi kejadian.” tukas bella
“kyaaaaaaaa …..keren! Oh yah bagaimana kalau kita tanya langsung ke eonnie – eonnie triple S?” saran dita
“oke. That’s a great idea!!!” tukas icha.


****************
“kim bum, aku titip yoo geun dulu. Aku mau memasak air untuk mandinya.” ujar so eun pada kim bum.
“de ….. aku akan menjaganya.” gumam kim bum
“gomawo.” gumam so eun yang kemudian beranjak menuju dapur untuk memasak air
“eh so eun, tunggu sebentar, kenapa tidak dimandikan di kamar mandi dengan menggunakan bath up saja, di sana kan ada air hangatnya?” usul kim bum


“ah iya kau benar. Ternyata kau pintar juga, bum.” ujar so eun
“aku memang pintar, tidak sepertimu.” gumam kim bum
“apa kau bilang?” Tanya so eun
“ah tidak, sudah cepat siapkan saja air hangatnya.” ujar kim bum
So eun pun melangkah menuju kamar mandi untuk menyiapkan air agar yoo geun bisa mandi. Sedangkan kim bum mengasuh yoo geun.


***************
Di kantin SMA Shinhwa
“eonnie triple S!!!” teriak bella, dita dan icha.
Serentak rahmi, nden dan lulu menoleh ke arah yang memanggilnya.
“ada apa?” sapa rahmi sambil mengunyah makanan
“eonnie, jadikan kami sebagai titisan kalian.” ujar bella
“titisan??? Maksudnya?” gumam lulu
“iya, kami ingin belajar jadi netizens kayak kalian.” tambah dita
“netizens??? Oh kalian ingin jadi seperti kami?” tukas nden
“betul betul betul” timpal icha.
“hahahahha ….. ada upin dan ipin di sini.”gumam nden
“siapa?” Tanya rahmi
“lulu dan icha, mereka berdua suka bilang betul betul betul menirukan upin dan ipin hahahahah ….” tawa nden semakin hebat dan mengelegar.
“aishhhhh…. Nden aneh banget.” rutuk lulu yang sibuk dengan makanannya.
“emang iya kan?” ujar nden yang kemudian nyamber es goyobod di depannya. (memangnya di Korea ada? *rahmi)
“udahlah! Oh iya dita, bella, dan icha mau jadi netizens juga yah?” Tanya rahmi
“iya eonnie, kita janji bakalan jadi murid yang baik dan ramah lingkungan.” tukas dita dengan semangat.
“oke deh, tunggu panggilan dari triple S aja yah.” ujar rahmi
“oke!!!” ujar dita, bella, dan icha serempak.


*****************
Keciprak.... keciprak.... *ceritanya suara percikan air
“hahahaha ….kau lucu sekali yoo geun, sudah jangan dimainkan air sabunnya.” ujar so eun yang sedang sibuk memijat kepala yoo geun dengan shampoo.
“yoo geun kalau kau sudah besar kau harus seperti aku.” gumam kim bum yang juga sibuk menyabuni yoo geun.
“kenapa dia harus sepertimu? Aku kasihan padanya kalau dia sepertimu.” tukas so eun
“memangnya kenapa?” ujar kim bum
“hah….mana mungkin yoo geun selucu ini harus tumbuh menjadi pria menyebalkan dan aneh sepertimu.” tukas soeun.
“hei, kenapa kau selalu memulai menyulut api peperangan denganku?” ujar kim bum yang mulai menghentikan aktivitasnya menyabuni yoo geun.
“aku tidak memulainya, aku hanya mengutarakan perasaanku saja.” tukas so eun yang juga mulai menghentikan aktivitasnya memijat kepala yoo geun.
“huh…..kau belum tau yah, aku dulu saat kecil juga lucu seperti yoo geun.” ujar kim bum
“kalau kau memberiku 100 juta won aku baru percaya.” gumam so eun.
“ya (hei)……………” teriak kim bum sembari mencipratkan air di bath up pada so eun, “aku tidak berbohong.” tambahnya.


“geezzzz….. tidak perlu menciprat segala. Lagipula aku tetap tidak rela kalau yoo geun sudah besar seperti kau.” tukas so eun yang disertai pembalasan dengan mencipratkan air pada kim bum.
“kau …...” ujar kim bum. Lalu terjadilah ciprat – cipratan disertai semprot – semprotan. Yoo geun yang menyaksikan pertempuran antara so eun dan kimbum hanya bisa bereaksi nyengir dengan tatapan miris dan kemudian ia menangis.
“huwaaaaaaaaaaaaaaaa……………” jerit yoo geun dalam tangisnya.
“oh my God, yoo geun kau kenapa?” teriak so eun
“kau apakan dia?” ujar kim bum
“aku tidak melakukan apa – apa, ini karena kau.” ujar so eun sembari menjitak kepala kim bum.
“kenapa karena aku. Dan kenapa kau menjitakku?” tukas kim bum
“karena hari ini aku belum menjitakmu.” gumam so eun.

Kring ……kring…………..*suara telpon
“kau yang angkat.” ujar kim bum
“geezzz……baiklah, tapi angkat yoo geun dia sudah bersih.” ujar so eun.
“de…………” gumam kim bum
So eun pun berjalan menuju telepon yang berdering di ruang tv. “yoboseyo….” sapanya.
“yoboseyo….so eun, ini aku ji yeon.” ujar ji yeon
“hai, ji yeon apa kabar? Ada apa kau menelponku?” tukas so eun
“aku baik, so eun bisakah kita bertemu?”Tanya ji yeon.
“bertemu? kapan?” tukas so eun kemudian.


“kurasa sebaiknya hari ini, kalau kau tidak sibuk sekarang juga.” ujar ji yeon
“ah ………. Bagaimana yah, maaf ji yeon sepertinya aku tidak bisa karena ada sesuatu hal yang harus kukerjakan.” tukas so eun sembari melirik yoo geun yang tengah dipasangkan popok oleh kim bum.
“ahhh….. begitu yah? Kalau begitu bagaimana kalau besok?”Tanya ji yeon kemudian
“sepertinya besok aku ada waktu. Baiklah besok kita bertemu.” gumam so eun yang masih memperhatikan kim bum yang kerepotan memasangkan popok yoo geun.
“ya baiklah, besok akan kuberitahu lagi di mana kita akan bertemu.” ujar ji yeon
“de….. sampai jumpa ji yeon.” ujar soeun yang kemudian memutus hubungan teleponnya.

Kemudian ia melangkah menuju yoo geun dan kim bum. Dan seperti biasanya jitakan lembut nan mantap mendarat indah di jidat kim bum yang pelakunya tentu saja so eun sendiri.
“wadaw …. Kenapa kau menjitakku lagi? Bisa – bisa aku hilang ingatan kalau kau jitak aku terus.” gumam kim bum yang reflex mengusap – usap jidatnya.
“karena aku kesal melihat kau memasangkan popok pada yoo geun seperti itu.” Ujar so eun sembari menunjuk hasil karya kim bum dalam memasangkan popok pada yoo geun yang salah.
“memangnya bagaimana?” Tanya kim bum


“lihat aku.” gumam so eun yang kemudian memperbaiki popok yoo geun dan memperagakannya di hadapan kim bum. Kim bum memperhatikannya diiringi lirikan tajam ke arah so eun. Entah mengapa kim bum menyukai ekspresi itu.


“kau mengerti?” tanya so eun yang mulai selesai dengan kegiatannya memperagakan cara memakaikan popok pada bayi.
“ah iya aku mengerti.” ujar kim bum yang gelagapan karena sebenarnya yang ia perhatikan adalah ekspresi wajah so eun.

Setelah selesai memakaikan baju pada yoo geun, so eun dan kim bum pun mengajaknya untuk bermain ke taman. Kim bum menggendong yoo geun di pundaknya, sedangkan so eun membawa makanan.
“yoo geun, ayo kau mau main apa?” Tanya so eun
Yoo geun pun menunjuk ayunan di depannya. Kemudian kim bum pun menaikkannya pada ayunan tersebut dan mendorongnya, begitu pula dengan so eun. Setelah puas bermain ayunan so eun pun memasang kamera otomatis untuk memfoto yoo geun bersama dengan kim bum dan dirinya. kemudian datanglah seorang gadis penjual bunga dan menghampiri mereka.
“annyeong haseyo…” sapa gadis penjual bunga itu.
“annyeong ….” balas so eun dan kim bum
“hai bolehkan aku menawarkan kalian ini?” ujar gadis itu.
“bunga? Aku suka sekali. Kau menjualnya?” Tanya soeun
“ya aku menjualnya.” ujar gadis penjual bunga tersebut.
“ahhh…. Siapa namamu?” Tanya kimbum
“namaku fatin.” ujar gadis penjual bunga itu yang ternyata bernama fatin.
“oh…fatin. Boleh kucium wangi bunganya?” pinta so eun
“tentu saja eonnie.” ujar fatin sembari tersenyum manis.
So eun pun mengambil setangkai bunga mawar merah dan menghirup wanginya. “wangi sekali bunga ini. Aku menyukainya.” ujar so eun
“tentu saja, itu langsung dari kebun milik keluargaku.” ujar fatin
“benarkah? Mana aku ingin mencium wanginya juga.” ujar kim bum yang tengah menggendong yoo geun.
So eun pun menyodorkan setangkai mawar putih pada kim bum dan kim bum pun mengangguk, “ya harum sekali.” ujarnya.
“belilah mawar merah dan mawar putih ini tuan, karena bunga ini memiliki makna.” ujar fatin
“makna? apa itu?” Tanya so eun
“mawar merah berarti cinta yang membara dan mawar putih berarti cinta yang suci dan putih.” tukas fatin. Ia pun merangkai bunga mawar merah bercampur mawar putih menjadi sebuah buket bunga yang cantik. “belilah satu buket bunga ini untuk istri anda, tuan.” ujar fatin.
“istriku?” gumam kim bum
“ya, eonnie ini cantik sekali dan kalian pasangan yang serasi. Begitu pula dengan anak kalian yang sangat menggemaskan ini. Kalian pasti keluarga yang sangat bahagia.” tukas fatin
“ah……bu….” belum sempat so eun meneruskan kalimatnya mulutnya sudah dibekap oleh kim bum
“ah iya kami keluarga yang bahagia. Aku beli semua bungamu, bagaimana?” ujar kim bum
“benarkah tuan?” gumam fatin
“ya benar. Aku beli semua kalau bisa beserta keranjangnya.” ujar kim bum
“ah baiklah, asal jangan kau beli juga diriku karena aku limited edition. Terima kasih tuan.” ujar fatin seraya menyerahkan sekeranjang bunga pada kim bum.
Kim bum pun meraih keranjang bunga tersebut dan memberikan beberapa uang pada fatin.
“gomawo ….. aku doakan semoga cinta kalian akan abadi.” ujar fatin
“ah iya terima kasih.” gumam kim bum.

Fatin pun pergi dengan riang sambil menghitung pendapatan yang ia dapatkan dari menjual bunga. Ia sangat senang terlebih karena kim bum melebihkan uang bayarannya.


“hei petapa genit, kenapa kau bilang kita adalah keluarga yang bahagia?” ujar so eun sembari menyikut pinggang kim bum.
“hahahhaha …..ini sebagai pelipur laraku.” ujar kim bum
“pelipur lara? maksudmu?” Tanya soeun.
“aku hanya menghibur hatiku karena aku sial sekali bisa berpasangan denganmu.” tukas kim bum seraya melangkah pergi menjinjing keranjang bunga dan meninggalkan so eun yang tengah menggendong yoo geun.
“a….apa??? dia pikir aku tidak sial serumah dengannya? Ya Tuhan, dengarkan curhatku, dengarkan curhatku…..” gumam so eun dalam hatinya dan mengikuti kim bum pulang ke rumahnya.

“ugh aku lelah sekali.” ujar kim bum yang telah tiba di rumah dan menaruh keranjang bunga tersebut di ruang tamu.
“ya aku juga.” timpal so eun.
“lihat yoo geun tertidur.” gumam kim bum
“ya aku tau, aku akan menidurkannya di kamarku.” ujar so eun
“aku ikut.” ujar kim bum yang kemudian mengikuti so eun ke kamarnya.
So eun pun menaruh yoo geun di kasurnya. Hari sudah mulai larut, so eun pun menutup pintu jendela kamarnya dan kemudian duduk sambil menatap yoo geun.
“wajahnya tenang sekali yah?” ujar so eun
“ya, dia lucu sekali saat tidur.” gumam kim bum yang juga ikut – ikutan nonton yoo geun.
“rasanya lelah yang terasa hilang setelah melihat wajahnya.” gumam so eun
“ya berbeda kalau aku melihatmu, rasanya aku ingin marah – marah.” tukas kim bum
“heh…..jangan mulai lagi aku sedang tidak ada tenaga untuk berduel denganmu.” ujar so eun seraya menjitak kepala kim bum.
“aish…. Apa kau tidak puas telah menjitakku 3 kali hari ini? Kenapa kau hobby sekali menjitakku?” gumam kim bum sembari mengusap – usap bagian kepalanya yang terkena jitakan so eun. ”kau bilang sedang tidak ada tenaga, tapi jitakanmu tetap saja bertenaga.” tambah kim bum.
“ah sudahlah jangan berisik yoo geun sedang tidur, nanti dia terbangun.” gumam so eun
“de …. Aku mengerti.” timpal kim bum


Beberapa lama mereka memperhatikan yoo geun, dan tanpa terasa mereka pun tertidur bersama di ranjang bersama yoo geun. Kim bum memeluk yoo geun dan so eun begitu pula dengan so eun. Rasanya segala kelelahan itu terbang, berganti dengan mimpi yang indah.

Ting nong ……. *suara bel bunyi
So eun yang mendengarnya kemudian terbangun mendengar suara dentingan bel rumah berbunyi. Ia pun bangun dari tidurnya dan melihat kim bum terlelap di samping yoo geun dengan tangan yang memeluknya. “dasar petapa genit selalu mencari kesempatan dalam kesempitan” ujar so eun yang kemudian melaksanakan hobbynya yaitu menjitak kepala kim bum.
Kim bum yang sebenarnya belum terbangun reflex mengusap – usap kepalanya yang terkena jitakan so eun.
“dasar petapa genit, tidurnya pulas sekali. Aku jitak saja dia tidak bangun.” gumam so eun. Ia pun melangkah turun menuju pintu untuk melihat siapa yang datang.

So eun membuka pintunya dan...
“annnyeongggggggg ………..” ujar seorang perempuan yang seperti biasanya datang tiba – tiba disertai kostum perinya.
“ah kau peri soeul.” gumam so eun
“hai so eun…. Bagaimana harimu dengan yoo geun?” Tanya peri soeul
“ah menyenangkan.” timpal so eun.
“aku kemari untuk membawa yoo geun pulang. Oh ya kenalkan, ini ibu yoo geun namanya tysha.” ujar peri soeul seraya menunjukkan ibu yoo geun


“ah hallo eonnie tysha.” sapa soeun
“hai kim so eun, terima kasih kau telah menjaga anakku.” ujar tysha sembari membungkukkan badannya yang diikuti oleh soeun.
“oh ya, mana kim bum dan yoo geun?” Tanya peri soeul.
“oh mereka ada di kamar. Yoo geun kelelahan dan kemudian tertidur.” tukas so eun
“wah yoo geun pasti senang sekali hari ini bisa diasuh oleh kalian.” ujar tysha.
“justru aku yang senang karena bisa mengasuh yoo geun yang begitu lucu.” timpal soeun


“siapa yang datang so eun?” Tanya kimbum yang tiba – tiba datang menghampiri sembari mengucek – ucek matanya dan rambut yang berantakan.
“hai kim bum.” ujar peri soeul
“hai peri …..” timpal kim bum
“kenalkan, ini tysha ini ibu yoo geun. Dia kemari karena mau menjemput yoo geun.” tukas peri soeul
“menjemput yoo geun? Oh sudah waktunya yah?” gumam kim bum yang terlihat kecewa.
“ya sesuai perjanjian sekarang waktunya menjemput yoo geun.” tukas peri soeul
“baiklah aku akan membawa yoo geun dulu.” ujar so eun yang kemudian beranjak ke kamarnya untuk mengambil yoo geun.

Setelah beberapa saat kemudian so eun kembali dengan yoo geun dan kim bum pun membawa tas bayi yoo geun. Yoo geun masih tertidur.
“eonnie, ini yoo geun.” ujar so eun seraya memberikan yoo geun pada tysha.
“ya, terima kasih.” ujar tysha

Peri soeul dan tysha beserta yoo geun pun pergi meninggalkan rumah kim bum dan soeun.
Kim bum dan so eun memperhatikan kepergian mereka terlebih yoo geun yang masih tertidur lelap di pangkuan ibunya. Tanpa terasa air mata menetes di pipi so eun, ia agak sedih melihat yoo geun harus pergi. Walaupun mereka baru bertemu dan melalui waktu seharian ini tapi sangat berkesan bagi so eun. So eun pun membalikkan badannya dan melangkah gontai ke kamarnya. Kim bum memperhatikannya, ia pun merasakan hal yang sama seperti so eun.
Kim bum menatap langit malam di jendela kamarnya dan mengenang seharian ini. Ia tersenyum. Sedangkan so eun menatap hasil jepretannya tadi siang bersama yoo geun dan kim bum, ia pun tersenyum menatapnya sembari meraba – raba wajah yoo geun.


TO BE CONTINUED ….

bagaimana kisah kim bum dan kim so eun selanjutnya???
apakah akan ada games yg lainnya, yg akan membuat mereka ribut2??? heheh
tunggu kelanjutannya di WE GOT MARRIED part 5

ide cerita: rahmi, lulu, nden
penulis: lulu
editor: nden
penyunting akhir: rahmi

NB: klo mau dengerin lagunya... klik playnya ya!!!


">

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger