[OS] Feeling sorry (미안한마음)

안녕하세요
Setelah melalui prose pembuatan selama kurang lebih 3 bulan.... *lebay sekali* akhirnya OS pertama saya kelar juga... OK... kalo begitu langsung saja... dibaca dibaca...

cast:
Kim So Eun
Kim Bum
Kim Yoo Bin
Moon Chae Won
Jung Il Woo
Jin Yi Han




Inilah kehidupan. Terlukis dalam panggung waktu. Terekam rapi dalam rangkaian abad. Terasing. Disenandungkan. Dan dimuliakan hanya untuk jam, tetapi jam itu disimpan oleh keabadian laksana permata cinta. (Panggung Cinta – Kahlil Gibran)

Saat pendeta hendak memulai jalannya upacara pernikahan Yi Han dan So Eun... tiba-tiba...
“Aku tidak setuju,” ucap Chae Won.
“Yeobeoya, kau kenapa??” tanya Il Woo, suami Chae Won, sambil memegang tangan istrinya itu.
“Lepaskan aku,” ucap Chae Won. “Eunnie, aku tidak setuju kau menikah dengannya,” ucap Chae Won sambil menunjuk Yi Han yang berdiri di samping So Eun. “Kau tau, Eun? Selama ini dia jahat padamu. Dia selalu berusaha menjauhkanmu dengan putrimu sendiri. Dia berusaha memisahkan kalian.”
“Apa maksudmu?” tanya Yi Han.
“Heehhh... kau jangan pura-pura tidak tau,” ucap Chae Won lagi.
“Sayang, kau kenapa?” tanya Il Woo yang berusaha menenangkan istrinya.
“Kau akhir-akhir ini tidak bisa menemui putrimu kan, Eun? Kau tau kenapa? Karena Yi Han yang menyuruhnya. Yi Han menyuruh putrimu untuk tidak menghubungimu atau menemuimu lagi. Yoo Bin bilang padaku, setiap kali Yoo Bin sms kamu, kamu tidak membalasnya. Setiap kali dia menghubungimu, yang menerimanya selalu Yi Han, dan Yi Han bilang kalau kamu sedang sibuk, di kamar mandi, atau apalah. Kau tau, Eun? Sekarang putrimu sedang berusaha melawan sakitnya. Yoo Bin..... dia..,” Chae Won tidak dapat melanjutkan kata-katanya.
“Benarkah itu, ahjussi? Benarkah semua yang dikatakan Chae Won eonnie??” tanya So Eun pada Yi Han.
“Mianhae, Eun. Aku....”
“Sudahlah, pernikahan ini kita batalkan saja,” ucap So Eun. “Eomma, appa, semuanya, maafkan aku.” So Eun langsung pergi.

*****************************
Di rumah So Eun.........

“Eonnie, apa yang terjadi dengan Kim Yoo Bin? Ada apa dengan putriku,” So Eun meminta penjelasan Chae Won. “Yoo Bin sakit apa?” tanyanya lagi.
“Aku tidak bisa menjelaskannya, Eun. Sebaiknya kau tanyakan ini pada Kim Bum saja,” saran Chae Won. “Mianhae,” lanjutnya.
“Tapi.. akhir-akhir ini aku tidak bisa menghubunginya.”
“Kau bisa temui Kim Bum di apartemennya. Apartemen tempat tinggal kalian dulu,” kata Chae Won.

Di depan apartemen Kim Bum
So Eun sudah berada di depan apartemen Kim Bum, dan dia sudah berkali-kali memencet bel, tetapi tidak ada yang membukakan pintu.

“Ke mana mereka?” gumamnya.
“Kau mencari siapa, nak?” tanya seorang nenek yang merupakan tetangga Kim Bum.
“Aku mencari penghuni apartemen ini?” jawab So Eun sambil menunjuk apartemen yang ditempati Kim Bum.
“Kim Bum, maksudmu?” tanya nenek. So Eun mengangguk.
“Dia sedang di rumah sakit,” jawab nenek.

“Rumah sakit? Siapa yang sakit?” tanya So Eun.
“Kemarin, putrinya tiba-tiba muntah darah saat sedang bermain dengan cucuku. Kemudian Kim Bum bersama ibunya membawanya ke rumah sakit. Sepertinya penyakitnya kambuh lagi.”
“Sekarang dia di rumah sakit mana?” tanya So Eun dengan raut wajah yang khawatir.
“Rumah Sakit Seoul,” jawab nenek. Kim So Eun pun segera pergi...

Ketika tangan kehidupan terasa berat dan malam tak berirama, inilah saatnya untuk cinta dan kepercayaan, dan betapa beriramanya dan mempercayainya. (Romantic Voice – Kahlil Gibran)


Di Rumah Sakit Seoul
Setelah beberapa saat mencari ruangan yang diberitahu oleh perawat, akhirnya So Eun menemukan Kim Bum di depan ruang ICU.
“Bum-ah....,” panggil So Eun.

Mendengar ada yang memanggilnya, Kim Bum pun menoleh. “Eunnie...,” ucapnya.
“Ada apa?? Apa yang terjadi dengan Yoo Bin? Dia sakit apa??” tanya So Eun sambil duduk di samping Kim Bum.
Kim Bum terdiam sejenak. “Sakit apa, Bum? Yoo Bin sakit apa?” tanya So Eun lagi.
“Sirosis!!!” ucap Kim Bum.
“Mwo??” kaget So Eun. “Kenapa?? Kenapa dia yang harus menderita? Ini semua salahku. Aku tidak mengurusnya dengan baik.” So Eun pun menangis.

“Bukan hanya salahmu, tapi salahku juga. Salah kita berdua. Kita berdua terlalu egois. Kita terlalu memikirkan diri kita sendiri, sampai-sampai kita tidak tau apa yang sedang dialami putri kita, kita tidak tau bagaimana perasaannya melihat orang tuanya berpisah di usia dia yang masih muda,” ujar Kim Bum yang mulai terisak.
“Kenapa kau tidak memberitahukan padaku?” tanya So Eun.
“Aku tidak bisa. Maksudku, aku ingin memberitahukannya padamu, tapi... tapi... Yoo Bin melarangnya. Dia tidak ingin kau sedih karena penyakitnya.”
Terjadi keheningan beberapa saat......
“Boleh aku melihatnya?” pinta So Eun. Kim Bum hanya mengangguk.

Di dalam ruang ICU...
So Eun menatap lekat putrinya. Putrinya yang dulu ceria, kini harus menderita karena sebuah penyakit.... ya, Sirosis!!.... penyakit yang merupakan konsekuensi dari penyakit kronis hati yang ditandai dengan adanya penggantian jaringan normal dengan jaringan fibrous sehingga sel-sel hati akan kehilangan fungsinya.

“Yoo Bin.. kenapa kau tidak memberitahu Ibu, sayang? Kalau kau memberitahukannya, Ibu pasti akan lebih memperhatikanmu lagi,” gumam So Eun.
Beberapa jam kemudian....
“Ini....,” ucap Kim Bum yang kemudian masuk dan memberikan sesuatu pada So Eun.
“Apa ini?”
“Ini diary Yoo Bin. Setelah kita berpisah, dia selalu menulis apa yang dia rasakan di sini.”
Kim So Eun mengambil diary itu...

“Sebaiknya kau pulang saja dulu, kau terlihat lelah hari ini, wajahmu pucat,” saran Kim Bum.
“Aniyo... aku masih mau di sini. Aku masih ingin menemani Yoo Bin,” tolak So Eun.
“Sudahlah,, pulang dulu. Kau istirahat dulu. Yoo Bin juga tidak ingin melihatmu kelelahan,” bujuk Kim Bum. “Nanti kalau ada apa-apa, aku akan segera menghubungimu,” lanjutnya.

Keinginan adalah apa yang menarik jiwa, kepadanya cinta diberikan dan bukan diminta. (The Wisdom of Kahlil Gibran)


Di rumah.. di kamar So Eun....
So Eun memandang sebuah diary. Diary putrinya yang diberikan Kim Bum padanya saat berada di rumah sakit tadi. Perlahan So Eun mengambil diary itu dan kemudian membukanya dan membacanya lembar demi lembar.
(1)
Tuhan...
Buat Ibu jauh dari pria jahat itu
Kembalikan Ibu untuk Ayah.......
Aku selalu melihat Ayah memandangi foto Ibu setiap malam
Ayah sangat mencintai Ibu..
Kumohon... buatlah mereka berdua bersatu kembali...
Kalau Kau mengabulkannya, aku berjanji tidak akan mengeluh dan menangis lagi...

(2)
Aku gak pernah nangis lagi kalau aku sakit..
Aku gak akan nakal lagi agar Ayah tak marah...
Tapi..., kenapa Ayah selalu ingkar janji kalau akan membawa Ibu untukku?!!!
Aku hanya mau Ibu....

(3)
Ibu... aku butuh Ibu...
Aku merasa sakit lagi..
Aku ingin dipeluk Ibu agar aku merasa hangat dan tenang
Aku gak akan perlu obat lagi, aku cuma mau Ibu menemaniku di sini bersama Ayah...
Aku mau Ibu dan Ayah selalu ada saat aku butuhkan


So Eun mulai meneteskan air mata, dia tidak menyangka kalau putrinya sangat menderita... Dia merasa sangat bersalah sudah meninggalkan putrinya. Putrinya bersama Kim Bum, putri kesayangannya. Kemudian dia melanjutkan membaca lembaran berikutnya, meskipun agak berat dilakukannya.

(4)
Aku kesepian
Aku ingin seperti teman-temanku yang selalu bersama dengan Ayah dan Ibu mereka.....
Aku ingin bermain bersama dengan Ayah dan Ibu, seperti teman-temanku
Membuat kue, menonton TV bareng, menemaniku belajar, dan tidur bertiga dipeluk Ayah dan Ibu....

(5)
Aku harus sembuh..
Ayah berjanji akan bersama Ibu kembali, karena itu aku harus kuat jika aku merasakan sakit lagi..
Aku akan bertahan... aku tidak akan merepotkan Ayah lagi..
Aku janji

So Eun sedikit tersenyum... “Iya, sayang. Kau harus sembuh. Ibu tau kau pasti kuat. Mulai sekarang Ibu akan lebih memperhatikanmu lagi. Beberapa saat kemudian, So Eun tertidur sambil memeluk diary putrinya itu.

Keesokan paginya....
So Eun terbangun karena dikagetkan dengan bunyi handphonenya. Ada 1 pesan masuk...
From: Bummie
To: Eunnie
“Yoo Bin sudah pergi... pergi untuk selamanya... pergi meninggalkan kita...”

“Anide.... anide... Yoo Bin.. kau tidak boleh meninggalkan ibu. Ibu belum sempat membahagiakanmu lagi, sayang. Kita belum bertemu... kau tidak boleh pergi,” gumam So Eun sambil meneteskan air mata dan kemudian segera pergi ke rumah sakit.

“Eunnie, kau kenapa??” tanya Il Woo yang melihat adik iparnya itu berlari sambil menangis. Tapi So Eun tidak menghiraukannya, dia langsung saja pergi dengan mobilnya.

Kenangan adalah daun musim gugur yang bergumam di antara angin dan kemudian tidak terdengar lagi. (The Wisdom of Kahlil Gibran)


Setelah dari pemakaman....
Kim So Eun terlihat sangat lelah, badannya sangat lemah, dia banyak mengeluarkan air mata hari ini. Kemudian Chae Won dan Il Woo merangkulnya dan membawanya ke kamar.

Kim So Eun tiba di kamarnya.. dia duduk di lantai dekat ranjangnya dengan memeluk kedua kakinya. Kemudian dia melihat sepucuk surat yang berada di lantai.. surat yang terjatuh dari diary putrinya, yang dijatuhkan So Eun saat hendak pergi setelah mendengar kabar bahwa putrinya telah pergi. So Eun pun membaca surat itu.....

UNTUK IBU.....
Eomma, annyeong haseyo? Yoo Bin kangen sekali sama ibu.
Mungkin saat surat ini ibu baca, Yoo Bin sudah tidak ada.
Malaikat itu pasti udah bawa Yoo Bin pergi.
Sebenarnya, Yoo Bin ingin sekali bertemu dengan ibu untuk terakhir kalinya tapi ternyata sulit.
Mianhae, Yoo Bin tidak sempat menunggu ibu.
Maaf kalau Yoo Bin tidak bisa menepati janji untuk sembuh, tapi Yoo Bin menepati janji, kalau Yoo Bin tidak akan menangis dan mengeluh lagi. Yoo Bin akan selalu tersenyum agar ibu dan ayah tidak sedih lagi.
Eomma, bolehkah aku meminta sesuatu sebagai permintaan terakhir?
Aku mohon kembalilah bersama ayah, karena dia pasti sangat sedih kalau harus sendirian, karena Yoo Bin tidak akan bersama ayah lagi.
Setelah Yoo Bin pergi jauh, gak akan ada lagi yang bangunin ayah pagi-pagi, bantu ayah masak sarapan, jagain ayah saat ayah sakit, marahin ayah kalau ayah tidur malam-malam, dan memperhatikan ayah setiap saat.
Kalau ayah kesepian, tidak ada lagi yang menyanyi untuk ayah, karena itu Yoo Bin titip ayah sama ibu, ya??!!
Gomawo eomma, karena telah sabar membesarkan Yoo Bin, walau Yoo Bin terkadang suka nakal. Ingat ya ibu, ini janji kita, kalau ibu akan kembali bersama ayah.
Jangan bilang-bilang sama ayah, ya eomma. Yoo Bin sayang Ibu dan Ayah.. Sampai jumpa.

Setelah membaca surat dari putrinya itu, So Eun tidak dapat lagi menahan air matanya yang telah jatuh. Dia mengingat kembali saat-saat bersama putri kesayangannya, buah cintanya dengan mantan suaminya, Kim Bum.

Cinta adalah keteguhan hati yang ditambatkan pada kemanusiaanku, yang menghubungkan masa kini dengan masa lalu, dan masa depan. (Romantic Voice – Kahlil Gibran)


3 bulan kemudian.....
Kim Bum sedang memasak buat sarapannya.

Tiba-tiba dia dikejutkan dengan bunyi bel. “Siapa yang datang pagi-pagi begini?” gumamnya. Kemudian Kim Bum berlari menuju pintu. Setelah membuka pintu, Kim Bum tekejut melihat siapa yang ada di hadapannya.
“Eunnie,” kaget Kim Bum.
“Annyeong haseyo,” sapa Kim So Eun diiringi dengan senyum manisnya. Senyum termanis, senyum yang selalu dinantikan Kim Bum.
“.....”
“Bummie,” So Eun membuyarkan lamunan Kim Bum. “Bolehkah aku masuk?” pinta So Eun.
Kemudian Kim Bum mempersilakan So Eun masuk ke apartemennya. Apartemen yang dulu dia tinggali bersama So Eun dan Yoo Bin, putri mereka.
“Hmmm... tidak ada yang berubah. Masih sama seperti dulu,” gumam So Eun sambil melihat-lihat beberapa foto Kim Bum dan putrinya.

So Eun tersenyum saat melihat ada 1 foto dirinya. Kim Bum hanya diam dari tadi, dia tidak mengatakan sepatah kata pun.

Kim Bum langsung menuju ke dapur untuk melanjutkan memasak buat sarapan, tapi kali ini tidak hanya untuk dirinya saja, untuk So Eun juga. Kemudian So Eun menyusul Kim Bum ke dapur.
“Kau sedang apa?” tanya So Eun.
“Memasak buat kita sarapan. Kau belum sarapan kan, Eun!” kata Kim Bum.
“Aku bantu ya, Bum,” pinta So Eun.
“Aahh tidak usah, biar aku saja. Kau sebaiknya duduk saja dulu,” Kim Bum menolak.
“Jangan begitu, Bum. Sini biar aku yang mengerjakannya. Lagipula aku sudah lama tidak membuatkan sarapan untukmu,” ucap So Eun sambil merebut peralatan masak yang dipegang Kim Bum. Kim Bum tidak dapat menolaknya. Kim Bum hanya terpaku duduk di meja makan melihat So Eun yang sedang memasak.


Setelah selesai sarapan, Kim Bum dan So Eun berjalan-jalan di taman dekat apartemen Kim Bum. Beberapa saat terjadi keheningan....
“Bagaimana kabarmu sekarang?” tanya Kim Bum yang mulai memecah keheningan.

“Baik. Seperti yang kau lihat sekarang ini,” jawab So Eun.
“Trus, bagaimana dengan pekerjaanmu? Apa kau masih bekerja di kantor design itu?” tanya Kim Bum lagi.
“Anide.. Sejak aku membatalkan pernikahanku dengan Yi Han, aku juga resign dari kantor itu. Dan dengan tabunganku, aku memulai membuka usaha. Aku membuka butik bersama Chae Won eonnie,” kata So Eun.

Dengan tiba-tiba, Kim Bum menggenggam erat tangan So Eun, dan So Eun ternyata tidak menolaknya, dia juga membalasnya dengan menggenggam tangan Kim Bum. Dan mereka pun berjalan sambil bergandengan tangan.

Kim Bum kemudian menatap So Eun dalam.... “Eunnie, maukah kau kembali ke sisiku? Maukah kau mengisi dan menjalani kehidupan ini bersamaku lagi? Maukah kau mengisi hatiku yang sekarang sedang kosong?” ucap Kim Bum.


Kim So Eun terdiam sesaat, kemudian dia tersenyum. “Kau tau, semenjak kepergian Yoo Bin, aku merasa kesepian karena tidak ada lagi yang meneleponku di saat aku sedang sibuk bekerja, tidak ada lagi celotehan manja yang aku dengar darinya. Apakah kau tau, semenjak aku berpisah denganmu, ternyata hidupku sangat hampa. Dan kau tau, Bum, aku selalu menantikan kau mengucapkan hal tadi kepadaku,” kata So Eun.

Kim Bum langsung memeluk So Eun, kemudian dia mendaratkan ciuman lembut di bibir perempuan yang dicintainya, perempuan yang senyumnya selalu dia nantikan. Kim Bum mengerti maksud dari ucapan So Eun, bahwa So Eun juga ingin kembali hidup bersamanya. Dan ternyata, perempuan yang selalu dicintainya, juga masih mencintainya.

Kim Bum melepaskan ciumannya.. “Menikahlah lagi denganku!” pinta Kim Bum. Kim So Eun pun tersenyum dan mengangguk......

Sungguh benar bahwa kita tidak tahu apa yang kita miliki sampai kita kehilangannya, tetapi sungguh benar pula bahwa kita tidak tahu apa yang belum kita miliki sampai kita mendapatkannya.(Anonim)


1 tahun telah berlalu....
“Annyeong haseyo, Yoo Bin,” sapa So Eun hangat. “Bagaimana sekarang kehidupanmu di sana? Pasti kau bahagia kan?! Yoo Bin baik-baik saja, kan?!! Maafkan Ibu. Ibu tidak bisa hadir dan menemani Yoo Bin saat Yoo Bin membutuhkan Ibu. Maafkan Ibu juga, kalau Ibu tidak menepati Ibu kepadamu untuk menemanimu 1 hari saja. Mianhae eomma, Yoo Bin!” ucap So Eun. Kim Bum merangkul So Eun yang sedang menangis.

“Ibu tau, Yoo Bin pasti bahagia kan sekarang. Kau pasti tau, sekarang Ibu dan Ayah sudah kembali hidup bersama, Ibu dan Ayah sudah menikah.. Dan kau tau, Yoo Bin? Sebentar lagi kau akan mendapatkan seorang adik...,” kata So Eun sambil memegang perutnya. “Yoo Bin, kau harus jaga dirimu baik-baik, ya. Berbahagialah di sana,” ucap So Eun diiringi dengan senyuman.

Kim Bum dan So Eun meletakkan bunga edelweis di makam putri mereka.... Kemudian mereka pergi... pergi meninggalkan senyuman hangat untuk putri mereka yang kini bahagia di kehidupannya yang baru tanpa merasakan sakit lagi.

-THE END-


Kebahagiaan tersedia bagi mereka yang menangis, mereka yang disakiti hatinya, mereka yang mencari, dan mereka yang mencoba. Karena hanya mereka itulah yang menghargai pentingnya orang-orang yang pernah hadir dalam hidup mereka. (Anonim)

Semoga kamu mendapatkan.... kebahagiaan yang cukup untuk membuatmu baik hati, cobaan yang cukup untuk membuatmu kuat, kesedihan yang cukup untuk membuatmu manusiawi, pengharapan yang cukup untuk membuatmu bahagia. (Anonim)

Sekian ceritanya.... maaf klo ceritanya aneh, ngawur, dan gak nyambung.. maklum g berpengalaman bikin OS.... jangan lupa ya komennya.... 고마워 친구



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger